DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIAWAT HIDUP
Nama lengkap : Nur fauziah
Nama panggilan : zia
Tempat , Tanggal , Lahir : Jakarta, 15 mei 2010
Agama : islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : jl. swadaya rt02/04 , Kec. Klp Dua,
Kabupaten Tangerang
Status: Pelajar
Hobi : baca novel
Bidang study favorite: bahasa english
Cita Cita : Dokter gigi
Nomor tlpn:085774590151
Moto : “ Kesuksesan yang besar di mulai dari langkah yang kecil.”
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.SDN PERUMNAS BUMI klp dua, Jl dayung IV No1,Klp dua , Kec. Klp dua, Kabupaten Tangerang Banten 15810
2.SMP PGRI 396 kelapa dua, Jln jabal mina Raya No.15-9,Klp.Dua ,Kec. Klp.dua , Kabupaten tangerang banten 15810
PENGALAMAN
Pernah mengikuti exstrakurikuler Paskibra di SMP PGRI 396 klp dua
Salah satu foto saat exstrakurikuler Pelantikan anggota paskib
Dalam organisasi kepaskibrakaan, terdapat dua lambang, yang pertama adalah lambang Paskibraka/Paskibra yang bergambarkan dua pemuda/pemudi paskibraka menengok kekanan dengan seragam Pakaian Dinas Upacara (PDU) putih yang adalah lambang untuk anggota Paskibraka/Paskibra aktif yang sedang bertugas. Lambang ini dipasang di lengan sebelah kanan seragam PDU Paskibraka yang sedang bertugas.
Sedangkan untuk Paskibraka yang telahmelaksanakan tugasnya di tingkat Kota/Kabupaten, Provinsi dan Nasional, mereka berlambangkan Purna Paskibraka Indonesia(PPI) yang berlambangkan daun dan bunga teratai. Penjelasan lambangnya sebagai berikut:
- tiga helai daun yang tumbuh ke atas: artinya paskibraka harus belajar, bekerja, dan berbakti
- tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping: artinya seorang pakibra harus aktif, disiplin, dan bergembira.[6]
Artinya adalah bahwa setiap anggota paskibraka memiliki jiwa yang sangat mulia. dan mengapa Lambang Anggota Paskibraka dilambangkan dengan Bunga Teratai. Karena Bunga Teratai tumbuh di lumpur dan berkembang diatas air yang bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda dan pemudi yang tumbuh dari (Orang Biasa) tanah air yang sedang bermekar/berkembang dan membangun.
Dibawah ini adalah tokoh-tokoh masyarakat (public figure) yang adalah Purna Paskibraka:
- Siti Dewi Sutan Assin - Nasional 1946 (pembawa baki pertama).[8]
- Megawati Soekarnoputri - Nasional 1964.[9]
- Ayu Dyah Pasha - Nasional 1980
- Ridwan Kamil - Jawa Barat 1986
- Desy Ratnasari - Jawa Barat 1990
- Joko Anwar - Nasional 1990
- Marcelino Lefrandt - Sulawesi Utara 1991.[10]
- Airin Rachmi Diany - Jawa Barat 1992
- Pasha Ungu - Sulawesi Tengah 1995
- Hengky Kurniawan - Nasional 1999.[11]
- Fero Walandouw - Sulawesi Utara 2006
- Hana Saraswati - DKI Jakarta 2014
- Said Bajuri
- Deva Mahenra - Kabupaten Timika 2006[12]
Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946, pada saat ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-1, Presiden Soekarnomemerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air, karena mereka adalah generasi penerus perjuangan bangsa yang bertugas.[2]
Tetapi, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda (3 putra dan 2 putri) yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta, salah satunya Siti Dewi Sutan Assin. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.
Ketika Ibu kota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
Pada tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu:
- Pasukan 17 / pengiring (pemandu),
- Pasukan 8 / pembawa bendera (inti),
- Pasukan 45 / pengawal
Jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi yang ada, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramukauntuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka. Rencana semula, untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para taruna AKABRI (Generasi Muda ABRI) namun tidak dapat dilaksanakan. Usul lain menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) juga tidak mudah. Akhirnya ditugaskanlah dari Paspampres yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun 1967.
Pada tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Soehartokepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (yang terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada upacara HUT RI 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mendampingi bendera duplikat yang akan dikibar/diturunkan. Mulai tahun 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para remaja siswa SLTA se-Indonesia yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia, dan tiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.
Komentar
Posting Komentar